Rasanya tak ada yang lebih indah dari anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kami saat ini. Adiknya Nindi, Bramasta, sudah lahir dengan selamat pada tanggal 29 Juni 2016. Kami begitu bahagia, sama bahagianya dengan ketika kakaknya, Nindi, dulu lahir. Rasa deg-degan dan tegangnya pun sama, walau ini anak kedua.
Hari kelahiran Bramasta sudah kami tunggu-tunggu sejak sekitar 2 minggu sebelumnya, maklum dulu ketika Nindi lahir itu maju sekitar 2 minggu dari perkiraan dokter. Kebetulan ini Bramasta juga ditangani oleh dokter yang sama, jadi dugaan kami hari kelahirannya pun akan maju, jadi sejak 2 minggu sebelumnya kami sudah mulai bersiap-siap. Tapi ternyata hari yang kami tunggu terasa agak lama, istri saya bahkan beberapa kali mengalami semacam kontraksi palsu.
Saya lupa hari dan tanggal detailnya, beberapa kali istri saya mengatakan mengalami sakit perut seperti kontraksi mau melahirkan, tapi kami tunggu ternyata hilang. Beberapa hari selanjutnya juga begitu dan kami ternyata masih harus menunggu, ya walaupun sebenarnya masih ada beberapa hari lagi dari perkiraan dokter. Kami bahkan sempat mencari-cari informasi bagaimana seandainya sampai perkiraan dokter tapi belum lahir juga.
Bahkan sempat suatu sore, istri saya merasa sangat yakin bahwa itu kontraksi. Saya bahkan sempat mengajaknya ke pantai untuk berjalan, maksudnya untuk mempersiapkan diri melahirkan. Tapi ternyata sampai besoknya juga belum lahir juga. Oya, hari kelahiran Bramasta juga jadinya berdekatan dengan Otonan-nya Nindi, jadi sempat kami kira Otonan mereka juga akan bersamaan. Kami sempat menduga dia akan lahir pada hari raya Saraswati yaitu 5 hari setelah otonan Bramasta, ternyata tidak juga. Dan ternyata, Bramasta akhirnya lahir pada tanggal 29 Juni 2016 yang kebetulan bertepatan dengan hari raya Pagerwesi. Ya semoga saja hari kelahirannya membawa kebaikan untuk dirinya dan juga orang-orang disekitarnya.
Hari Rabu, tanggal 29 Juni 2016 Bramasta lahir. Prosesnya bisa dikatakan jauh lebih cepat dibanding ketika Nindi dulu, ya tapi tetap saja bagi istri saya ini sangat lama karena menahan sakit mau melahirkan. Dimulai sekitar pukul 5 dini hari, istri saya mengeluh perutnya sakit, seperti kontraksi mau melahirkan, tapi kami masih agak ragu dan mencoba menunggu beberapa saat. Menjelang pukul 6 pagi, istri saya masih merasakan sakit dan kami yakin inilah saatnya.
Pagi itu saat langit masih agak gelap, kami segera menuju ke Klinik Anugerah, tempat yang sudah kami rencanakan untuk proses persalinan dan membawa segala perlengkapan yang memang sudah kami persiapkan sebelumnya. Selain saya dan istri, Nindi tentu saja ikut, dia sudah sejak lama menunggu dan ingin melihat sendiri bagaimana adiknya lahir. Bahkan ketika istri saya positif hamil, Nindi ikut girang luar biasa dan hampir tak pernah absen saat kami periksa ke dokter selama kehamilan.
Tiba di klinik dan diperiksa ternyata sudah bukaan 2. Karena istri saya belum makan, saya sempat tinggalkan sebentar untuk membelikan makanan, sementara istri ditunggui oleh ibunya (mertua saya) dan Nindi. Saya kembali dari membelikan makanan, ternyata sudah bukaan 3 (atau bukaan 5, saya lupa) dan sudah diijinkan untuk pindah ke ruangan waterbirth, waktu itu sudah sekitar pukul 7 pagi. Iya, kami berencana adiknya Nindi akan lahir dengan waterbirth lagi.
Tiba di ruangan waterbirth, istri saya dipersilahkan masuk ke bath tub yang sudah dipersiapkan. Istri saya mulai semakin sakit, sebenarnya waktunya jauh lebih cepat dibanding dulu, tapi kali ini istri saya sepertinya tidak senyaman dulu, bahkan dia sempat mengeluh susah bernafas, saya tidak terlalu tegang kini menjadi cemas sembari tetapi menyemangatinya dan memegangnya.
Waktu terasa sangat lama, bukaan demi bukaan dan akhirnya sampai bukaan 8, perawat pun menelepon dokter. Sambil menunggu dokter kami semakin tegang, detik demi detik rasanya sangat lama. Istri saya seperti hampir menyerah tapi mau apa lagi kami harus tetap kuat. Hingga akhirnya dokter datang dan kami jauh lebih tenang. Dengan cepat dokter langsung bersiap dan proses persalinan pun berjalan lancar. Tapi ada sedikit beda dengan Nindi dulu. Kalau dulu istri saya tidak perlu ngeden dengan keras saat Nindi lahir, kali ini dia perlu “mendorong” dengan kuat agar Bramasta bisa keluar.
Proses persalinan selesai, kami semua lega. Bramasta lahir dengan kondisi normal, panjang 48 cm dan berat 4200 gram pada tanggal 29 Juni 2016 pukul 09.15 Wita. Selanjutnya semua berjalan normal, kami menginap di ruang rawat inap selama 1 malam, jadi keesokan harinya sudah diperbolehkan pulang. Proses ASI pun berjalan lancar, bahkan stok ASI istri saya termasuk berlebih hingga kulkas penuh dengan ASI.
Oya, proses persalinan kali sempat kami dokumentasikan berupa video, dan yang merekamnya adalah Nindi! Dia membawa tablet yang kami belikan dan sempat mendokumentasikan dengan sangat baik proses persalinan itu.
Sekali lagi, kami sangat bersyukur atas segala anugerah yang diberikan oleh Tuhan. Rasanya luar biasa, mengingat sebelumnya kami mengalami “kesulitan” untuk memberikan adik untuk Nindi. Apalagi adiknya Nindi ternyata cowok, ya walaupun jujur saya berdoa yang penting semua sehat dan normal, meskipun mungkin jika cewek, rasa syukur kami tidak akan berbeda.
Terima kasih Tuhan..
Dan tidak lupa pula kami berterima kasih kepada dr. Dewa Ketut Arika Seputra, Sp.O.G. beserta seluruh perawat dan pegawai di Klinik Anugerah yang sudah membantu dan melayani kami dengan sepenuh hati.