Seorang anak kecil merengek dan meronta kepada ayahnya, si anak minta dibelikan mobil. Sang ayah yang tahu anaknya belum cukup umur untuk memiliki dan mengendarai sebuah mobil tentu saja tidak bisa memenuhi keinginan si anak. Apalagi anak seumurannya harusnya mengendarai sepeda dan sang ayah sudah membelikan sebuah sepeda terbaik untuk si anak.
Tapi si anak terus saja meronta, meminta mobil. Si anak sepertinya belum mengerti betul apa yang dia inginkan. Si anak tidak menyadari bahwa apa yang dia terima saat ini sudah lebih dari cukup. Apalagi dibanding anak lainnya yang belum memiliki sepeda. Kalaupun ada yang sudah diberikan sepeda oleh ayahnya, tidak semua mendapat sepeda yang sebagus milik si anak kecil itu.
Sang ayah sudah mencoba menjelaskan bahwa si anak harusnya bersyukur dan menikmati masa-masa bersepeda. Tapi si anak belum bisa menangkap bahasa dan maksud sang ayah. Si anak harusnya bisa lebih sabar menunggu. Akan tiba saatnya nanti sang ayah memberikan apa yang dibutuhkan oleh si anak. Sang ayah lebih tahu apa yang seharusnya diterima si anak.
Ini lagi ngomongin Nindi ya pak ? :)
@Pande Baik : hmmm, bukan bli. Tulisan kiasan untuk diri sendiri.
Curahan hati seorang ayah. ;)
@Agung Pushandaka : sebuah perumpamaan
masa-masa berlatih sepeda adalah salah satu masa paling indah saya saat kecil dulu mas
@Yos Beda : ya benar
Agak tidak sepakat sih dengan “Sang ayah lebih tahu apa yang seharusnya diterima si anak” Mungkin bisa diterangkan Bang Made? Mengigat anak saya yang pertama juga sedang mengalami fase-fase seperti yang digambarkan dalam tulisan Bang Made…salam
@ibrahim sukman : Saya tidak bisa menerangkan lebih jauh, karena tulisan ini sebenarnya hanya sebuah perumpamaan sebuah kehidupan, tentang keinginan seorang manusia kepada Penciptanya
Kasus AQJ buat pembelajaran kita semua seharusnya. Meski sudah bisa mengendarai (sepeda, sepeda motor ataupun mobil) tetap diperlukan pengawasan. Apalagi, belom cukup umur. :D
@isnuansa : benar mbak
Curcol neh boss? xixix
@SIge : curcol abis :D