Bulan Maret lalu yaitu tepatnya tanggal 23 – 26 Maret 2017 untuk pertama kalinya Nindi (umur 7 tahun) dan Bramasta (umur 9 bulan) ke Surabaya. Ini merupakan perjalanan pertama kalinya Nindi dan Bramasta ke luar pulau Bali sekaligus pertama kalinya mereka naik pesawat. Kedatangan kami ke Surabaya ini dalam rangka wisuda S2 adik ipar saya, Ajung. Kami berangkat berenam yaitu saya, istri saya, Nindi, Bramasta, adik ipar dan ibu mertua.
Perjalanan ini sudah kami rencanakan sejak sebulan sebelumnya, mulai dari memesan tiket pesawat hingga hotel. Kami memesan tiket pulang pergi (PP) melalui online travel agent. Untuk penerbangan Bali-Surabaya kami memilih menggunakan Garuda Indonesia karena harga tiket yang kami dapatkan saat itu hampir sama (bahkan sedikit lebih murah) dengan Citilink. Sedangkan untuk kepulangan yaitu Surabaya-Bali kami menggunakan Citilink karena harga tiket selisihnya lumayan, kurang lebih 300 ribu per seat.
Sejak kepastian berangkat, kami sangat antusias, terutama Nindi. Karena sudah lama kami rencana mengajaknya liburan ke luar Bali naik pesawat. Surabaya menjadi salah satu rencana kami karena ingin sekaligus nostalgia dimana saya dan istri dulu kuliah di kota itu. Acara wisuda adik ipar pun sekaligus kami jadikan momen yang pas untuk kembali mengunjungi kota Surabaya sekaligus memperkenalkan banyak hal kepada Nindi.
Karena ini pertama kalinya kami liburan ke luar Bali ditambah dengan naik pesawat serta mengajak Nindi yang masih anak-anak dan juga Bramasta yang masih bayi, tentu ada beberapa persiapan khusus yang kami lakukan. Untuk Nindi, dari jauh hari saya sudah bercerita dan memberikan gambaran seperti apa perjalanan kami nantinya, khususnya ketika naik pesawat. Saya mencoba ceritakan mulai tahap membeli tiket, check in, ruang tunggu, naik pesawat sampai landing. Semua itu tentu membuat Nindi antusias dan selalu bersemangat. Yang paling dia tunggu adalah gimana rasanya nonton film di pesawat, hehe.
Sedangkan untuk Bramasta, persiapan khusus yang kami lakukan adalah membeli penutup telinga untuk bayi. Selain itu istri saya juga sempat agak bingung masalah makanan, karena Bramasta yang masih makan bubur tidak terbiasa makan bubur instan. Beberapa kali kami coba memberikan bubur instan sebelum berangkat tapi Bramasta sepertinya tidak suka. Dia akan lahap kalau makan bubur buatan ibunya. Masalahnya adalah bahan serta blender. Istri saya kemudian membeli blender portable untuk dibawa ke Surabaya, sedangkan bahannya seperti bubur, sayur dan lainnya kami berharap dari restoran di hotel.
Hari yang kami tunggu tiba, walaupun kami berangkat hari Kamis pagi, tapi saya dan istri mengambil cuti 3 hari yaitu mulai Rabu, Kamis dan Jumat. Sehingga hari Rabu kami punya waktu lebih banyak untuk berkemas. Di hari Rabu Nindi masih sekolah karena kebetulan ada ujian, untungnya itu hari terakhir ujiannya. Tidak lupa di hari Rabu itu juga kami sembahyang karena keesokannya hari Kamis kami sudah harus berangkat pukul 07.00 dari rumah untuk mengejar pesawat pukul 09.45, apalagi Garuda biasanya tepat waktu.
Kamis pagi, sekitar pukul 05.00 kami sudah bangun lalu mandi dan berkemas. Nindi dan Bramasta agak belakangan mandinya agar tidak terlalu pagi. Istri saya juga tetap membuatkan makanan bubur untuk Bramasta untuk sarapannya dan sebagian kami bawa untuk bekal hari itu. Semua sudah siap, pukul 07.00 kami berangkat dari rumah diantar oleh kakak saya, kemudian menjemput adik ipar dan mertua saya.
Kami berangkat ke bandara Ngurah Rai dan tiba sesuai rencana. Kami langsung check in dan menuju ruang tunggu. Oya, karena kami mengajak bayi, saya tidak bisa check in via mobile app Garuda Indonesia dan harus check in langsung di bandara. Saya sempat khawatir mendapat tempat duduk terlalu di belakang. Setelah menelepon ke CS Garuda Indonesia, kami mendapat solusi, untuk penumpang yang mengajak bayi, bisa di booking-kan tempat duduk, sedangkan penumpang lainnya bisa tetap check in via mobile app. Tentunya setelah memastikan bahwa tempatnya berdekatan. Masalah tempat duduk akhirnya beres.
Kami menunggu di ruang tunggu tidak sampai 1 jam dan akhirnya naik ke pesawat. Momen naik pesawat dan selama penerbangan menjadi pengalaman yang berharga khususnya buat Nindi. Apalagi ketika pesawat take off, Nindi sempat sedikit histeris melihat pemandangan dari atas pesawat, sampai ada beberapa penumpang lain yang menoleh, hehe. Tak apalah, justru kami sangat senang kalau dia senang. Sedangkan Bramasta tidur dengan nyenyak sejak baru masuk ke pesawat, tentu tidak lupa kami pakaikan penutup/penyumbat telinga yang bentuknya seperti plastisin mainan anak-anak itu. Warnanya oranye, kami beli dengan harga sekitar 50 ribu yang berisi sekitar 10 biji. Selama penerbangan, aktivitas utama Nindi tentu mengutak-atik layar hiburan di depannya lengkap dengan memakai headset yang sudah tersedia.
Momen mendarat juga cukup membuat Nindi antusias. Penerbangan sekitar 1 jam, kami mendarat di Surabaya. Bramasta dan Nindi resmi berkenalan dengan kota Surabaya. Setelah mengambil bagasi, kami sempat mampir di salah satu stand makanan siap saji dan Nindi makan siang disana, sementara itu adik ipar mencari transport untuk menuju hotel. Bramasta? Ah dia masih tidur lelap, tumben dia tidur senyenyak itu, apa mungkin karena perjalanan naik pesawat? Bramasta bahkan masih tidur sampai kami tiba di hotel.
Kami berangkat ke hotel naik taksi resmi dari bandara, kendaraannya sebuah MPV. Sekitar 1 jam kemudian, kami sudah tiba di hotel D’Season yang lokasinya tidak jauh dari kampus Universitas Surabaya (Ubaya), tempat adik ipar wisuda S2 Kenotariatan. Oya, istri saya juga alumni Ubaya jurusan Farmasi sekaligus profesi Apoteker juga di Ubaya. Sedangkan saya lulusan ITATS. Sebelum check in di hotel, kami sempat mampir makan siang di warung Bu Kris yang cukup terkenal enak di sekitaran sana.
Malam pertama di Surabaya, kami makan malam di lalapan Sejedewe, tempat makan favorit saya dan istri dulu semasa kuliah. Tempatnya di dekat kampus Ubaya, dan kini masih ada bahkan lebih luas, padahal dulu masih buka di pinggir jalan berupa kaki lima. Pas makan malam kami juga ketemu dengan salah satu keponakan istri saya yang masih kuliah di Ubaya jurusan Hukum. Datang juga pacarnya adik ipar. Selesai makan, kami diantar oleh pacar adik ipar ke Trans Mart. Trans Mart ini lokasinya di dekat kampus Ubaya juga, dulunya itu lokasi supermarket Carefour tempat saya dan istri sering belanja bulanan kebutuhan anak kost.
Tujuan kami ke Trans Mart tentu mencari wahana mainannya, Trans Studio Mini, terutama untuk Nindi. Wahana pertama incaran kami tentu naik roller coaster. Saya dan Nindi langsung beli tiket dan naik wahana itu berdua saja. Sebelum naik, Nindi antusias, tapi berubah ketakutan bahkan sampai menangis saat roller coaster sudah naik turun dengan curam. Dari bawah tadinya kelihatan pelan dan tidak menakutkan, tapi diatas ternyata ngeri juga. Saya sebenarnya takut juga tapi tetap berusaha tenang karena di depan Nindi. Putaran kedua Nindi masih menangis, tapi apa boleh buat kami harus tetap lanjutkan.
Turun dari roller coaster Nindi sudah tidak menangis, dan minta main wahana lainnya saja. Saya kemudian merasa agak aneh, mulai sedikit mual. Semakin lama mual saya semakin menjadi, dan sekitar 15 menit kemudian saya menyerah, mencari toilet dan muntah, hahaha. Ketika Nindi tahu saya muntah, dia pun sok menasehati saya, “makanya tadi diatas teriak saja kayak Gek Nindi, pasti tidak mual“. Tuh anak sombong, mentang-mentang dia tidak mual, tapi nangis, hehe. Sekitar pukul 10 malam kami kembali ke hotel dan istirahat.
Hari kedua hari Jumat, paginya kami sarapan di hotel. Menjelang siang kami keluar hotel dan menuju ke ITC, rencananya untuk membeli pakaian untuk Nindi dan keponakan di rumah. Kami naik taksi online dan sebelumnya mampir makan siang dulu. Sementara kami keluar, rombongan tiga keluarga kakak ipar sudah datang dan tiba di hotel. Karena kebetulan yang wisuda bukan cuma adik ipar saya, tapi juga ada keponakan. Ditambah dengan 2 keponakan yang masih kuliah, jadilah kami sekeluarga besar di Surabaya. Sekitar 2 jam di ITC, kami kembali ke hotel dan tiba sebelum sore.
Malam harinya, kami keluar hotel dan ingin berkunjung ke Jik Oka. Beliau adalah sahabat mertua laki-laki saya. Dulu ketika pertama kali mau kuliah ke Surabaya, saya sempat menumpang dirumahnya selama 4 hari. Dan semasa kuliah saya banyak sekali dibantu oleh Jik Oka dan keluarganya, jadi saya sangat berhutang budi kepada beliau. Kami berkunjung ke rumah Jik Oka bersama mertua laki-laki saya (yang datang ke Surabaya bersama kakak ipar), tapi adik ipar saya tidak ikut karena ada acara terkait wisuda di kampus. Sedangkan 3 keluarga kakak ipar punya acara masing-masing.
Selesai berkunjung ke rumah Jik Oka, kami melanjutkan jalan-jalan ke Surabaya Carnival. Nindi sudah tidak sabar ingin kesana. Di Surabaya Carnival Nindi mencoba beberapa wahana, tentunya selain roller coaster dan sejenisnya yang membuat ngeri, hehe. Puas disana kami pun kembali ke hotel dan istirahat. Malam itu kami menambah extra bed karena adik ipar akan tidur di kamar kami, jadi 1 kamar ada saya dan istri serta Bramasta, ditambah adik ipar dan Nindi di extra bed.
Hari ketiga, hari Sabtu yaitu hari H wisuda adik ipar. Paginya seperti sebelumnya kami sarapan di hotel. Oya, makanan untuk Bramasta dari kemarinnya kami coba blender bubur dicampur sayur, hasilnya sebenarnya lumayan, tapi entah kenapa Bramasta tidak mau makan banyak seperti biasanya. Makannya agak susah tapi dia tetap aktif dan anteng seperti biasa. Lanjut ke acara wisuda, sebagian keluarga berangkat pagi karena sudah membawa undangan, sedangkan saya dan beberapa yang lain berangkat sekitar pukul 10 karena hanya akan sampai diluar sehingga tidak terlalu lama menunggu.
Acara wisuda berlangsung lancar dan ramai sekali, suasana juga agak panas. Bramasta juga mulai rewel karena ngantuk mungkin haus sementara istri saya tidak bisa menyusui karena pakaian dan situasi tidak memungkinkan. Selesai wisuda kami sempat membuat foto bersama. Seluruh keluarga kemudian menuju ke sebuah rumah makan untuk makan siang. Kami memesan taksi online masing-masing, ada sedikit kendala karena lalu lintas depan kampus sangat padat merayap, jadi harus menunggu sedikit lebih lama.
Akhirnya semua tiba dirumah makan, kebetulan juga saat itu pacarnya adik ipar saya yang memesankan tempat di rumah makan mengajak keluarganya, jadinya pertemuan antar keluarga, ya mungkin sedikit menyinggung rencana mereka ke depan. Selesai makan siang kami semua kembali ke hotel.
Sore menjelang malam, acara sedikit mendadak, kami menuju ke Tunjungan Plaza. Bramasta yang terlihat lelah maunya di lap saja tapi akhirnya mandi juga cuaca malam itu juga hujan. Kami sempat keliling-keliling di TP namun tidak belanja karena waktu yang agak mepet. Apalagi Nindi juga mengantuk dan tidak kuat jalan-jalan lagi. Pulangnya kami naik taksi biasa karena taksi online tidak boleh masuk ke lobi TP, kami juga tidak bisa keluar karena hujan. Kembali ke hotel, malam itu Bramasta badannya agak hangat, mungkin karena lelah ditambah dengan mandi tadi sorenya. Kami beri obat penurun panas.
Hari keempat, hari Minggu sekaligus hari terakhir kami di Surabaya. Paginya kami masih sarapan di hotel karena pesawat kami sekitar pukul 12. Dan ternyata kami 1 pesawat dengan 1 keluarga kakak ipar, sedangkan 2 keluarga lainnya ada yang pagi sekali dan ada yang sore. Oya, adik ipar saya tidak ikut pulang ke Bali karena besoknya ada urusan ke Jakarta, jadi 1 seat yang sudah dipesan kami cancel. Sebelum berangkat ke bandara, kami sempat mampir ke tempat kos salah satu keponakan yang masih kuliah di Surabaya. Baru kemudian kami lanjut ke bandara.
Tiba di bandara, setelah check in kami sempat makan siang disana. Untuk masalah check in dengan bayi, maskapai Citilink sama dengan Garuda, harus check in di bandara. Akan tetapi kami boleh sekalian booking tempat duduk untuk semua penumpang via telepon ke CS Citilink. Kami pun berangkat ke Bali, perjalanan cukup nyaman walau tanpa perangkat hiburan seperti di Garuda. Tetapi Nindi sempat mengeluh telinganya sakit, mungkin karena mampet atau mendengung, dia bahkan sempat meringis, saya coba mengalihkan perhatiannya. Kami semua tiba di Bali dengan selamat, saya kembali dijemput oleh kakak saya yang kebetulan pas selesai kerja.
Akhir kata, kami sangat bersyukur karena semuanya berjalan lancar dan menyenangkan. Khususnya untuk Nindi yang sangat senang dan memiliki pengalaman baru. Dia bahkan tidak sabar kapan jalan-jalan ke Surabaya lagi. Sedangkan Bramasta, walau sempat panas tapi syukurlah tidak sampai sakit. Dia juga sangat anteng mulai dari berangkat hingga tiba kembali di Bali, walau sayangnya Bramasta terlihat lebih kurus, mungkin karena makannya tidak selahap di rumah. Demikianlah catatan perjalan kami ke Surabaya, semoga lain kali bisa liburan lagi. Terima kasih Tuhan.